INFERTILITAS LAKI-LAKI
Istilah
infertilitas digunakan untuk pasangan laki dan perempuan yang tidak mampu
mencapai pembuahan antara spermatozoa dan sel ovum. Pengertian infertilias
berbeda dengan istilah ejakuasi dini/disfungsi ereksi. Meskipun demikian,
disfungsi ereksi merupakan salah satu penyebab infertilitas. Beberapa literatur
menulis diperkirakan 10% pasangan suami-istri mengalami infertilitas. 30% penyebab
infertilitas berasal dari pihak laki-laki sepenuhnya, sedangkan yang berasal
bersama dengan pihak perempuan sekitar 15%.
Atas dasar tersebut di atas, maka
apabila pasangan suami-istri mengalami infertilitas sebaiknya
pemeriksaan/evaluasi bukan hanya dilakukan terhadap perempuan (istri) saja
tetapi juga suaminya. Selain pemeriksaan fisik, perlu dilakukan pemeriksaan
pasca senggama atau postcoital (PCT,
PK, atau Hubner’s) test dan analisa mani (semen analysis). Pada pemeriksaan
tersebut akan dinilai volume mani, kadar fruktosa, kepadatan dan jumlah
spermatozoa, bentuk spermatozoa, dan motilitas (pergerakan spermatozoa). Selain
itu dinilai pula kemampuan spermatozoa untuk menembus sel ovum. Hal ini penting
karena kelainan kualitas dan atau kuantitas dapat menyebabkan tidak terjadinya
pembuahan. Sebagai contoh: mani dianggap normal bila didapatkan 15 atau lebih
spermatozoa aktif per lapangan pandang besar pada pemeriksaan dengan mikroskop,
atau 40-100 juta spermatozoa per milimeter kubik. Nilai minimum yang masih
dapat diterima adalah 20 juta spermatozoa per milimeter kubik.
Bila
jumlah spermatozoa kurang dari normal disebut oligospermia, bila tidak ada spermatozoa sama sekali disebut azoospermia, sedangkan bila bentuk
spermatozoa tidak normal disebut teratospermia.
Pada kasus tersebut perlu dilakukan biopsi testis (buah zakar) untuk melihat
spermatogenesis (proses pembentukan spermatozoa) dalam tubulus seminiferus.
Gambar: Organ Reproduksi Pria
Penyebab
infertilitas pada laki-laki, antara lain:
- Disfungsi ereksi:
Dapat disebabkan
kelainan organik dan psikologik. Penyebab organik dapat berupa gangguan
peredaran darah penis, gangguan neurologik, kelaianan anatomi, dan penyakit
umum seperti gagal ginjal kronik. Terapi ditujukan terhadap penyebab utamanya.
Sedangkan bila tidak ditemukan penyebab organik, maka mungkin penyebabnya
adalah gangguan psikologik. Atau mungkin juga didapatkan kedua penyebab secara
bersamaan.
- Obstruksi (sumbatan) di saluran mani (epididimis atau duktus deferens) yang umumnya dapat disebabkan oleh infeksi seperti tuberkulosis.
- Ejakulasi retrograd:
Mani tidak menyemprot ke luar uretra tetapi masuk ke dalam kandung
kemih (buli-buli). Ejakulasi retrograd ini kadang disebabkan oleh obat,
misalnya fenotiazin dan klorpromazin. Pembedahan pada leher buli-buli misalnya
operasi prostat, sering menimbulkan keluhan ini.
- Parotitis (gondongan).
Virus penyebab parotitis juga mengakibatkan radang testis, yang
disebut orchitis, yang dapat menyebabkan gangguan spermatogenesis.
- Varikokel (varicocele):
Gambar: Varicocele
Merupakan pelebaran pembuluh vena (aliran balik) pada testis dan
epididimis. Oleh karena aliran balik darah yang tak lancar, maka jumlah dan
kualitas sperma atau mani berkurang. Apabila dilakukan tindakan operatif berupa
ligasi tinggi (high ligation / Palomo), pada umumnya jumlah dan
kualitas sperma menjadi lebih baik.
Dari hal penjelasan tersebut di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa terapi infertilitas pada laki-laki dapat disebabkan
berbagai macam faktor. Konsultasi kepada dokter merupakan langkah awal untuk
mengevaluasi infertilitas. Terapinya dapat berupa terapi psikologis,
medikamentosa (obat-obatan), pembedahan, atau pun kombinasi.
No comments:
Post a Comment