Pages

Monday, May 14, 2012


INFERTILITAS LAKI-LAKI

            Istilah infertilitas digunakan untuk pasangan laki dan perempuan yang tidak mampu mencapai pembuahan antara spermatozoa dan sel ovum. Pengertian infertilias berbeda dengan istilah ejakuasi dini/disfungsi ereksi. Meskipun demikian, disfungsi ereksi merupakan salah satu penyebab infertilitas. Beberapa literatur menulis diperkirakan 10% pasangan suami-istri mengalami infertilitas. 30% penyebab infertilitas berasal dari pihak laki-laki sepenuhnya, sedangkan yang berasal bersama dengan pihak perempuan sekitar 15%.
            Atas dasar tersebut di atas, maka apabila pasangan suami-istri mengalami infertilitas sebaiknya pemeriksaan/evaluasi bukan hanya dilakukan terhadap perempuan (istri) saja tetapi juga suaminya. Selain pemeriksaan fisik, perlu dilakukan pemeriksaan pasca senggama atau postcoital (PCT, PK, atau Hubner’s) test dan analisa mani (semen analysis). Pada pemeriksaan tersebut akan dinilai volume mani, kadar fruktosa, kepadatan dan jumlah spermatozoa, bentuk spermatozoa, dan motilitas (pergerakan spermatozoa). Selain itu dinilai pula kemampuan spermatozoa untuk menembus sel ovum. Hal ini penting karena kelainan kualitas dan atau kuantitas dapat menyebabkan tidak terjadinya pembuahan. Sebagai contoh: mani dianggap normal bila didapatkan 15 atau lebih spermatozoa aktif per lapangan pandang besar pada pemeriksaan dengan mikroskop, atau 40-100 juta spermatozoa per milimeter kubik. Nilai minimum yang masih dapat diterima adalah 20 juta spermatozoa per milimeter kubik.
            Bila jumlah spermatozoa kurang dari normal disebut oligospermia, bila tidak ada spermatozoa sama sekali disebut azoospermia, sedangkan bila bentuk spermatozoa tidak normal disebut teratospermia. Pada kasus tersebut perlu dilakukan biopsi testis (buah zakar) untuk melihat spermatogenesis (proses pembentukan spermatozoa) dalam tubulus seminiferus.

                                                                   
                                                                                  Gambar: Organ Reproduksi Pria

            Penyebab infertilitas pada laki-laki, antara lain:

  1. Disfungsi ereksi:
Dapat disebabkan kelainan organik dan psikologik. Penyebab organik dapat berupa gangguan peredaran darah penis, gangguan neurologik, kelaianan anatomi, dan penyakit umum seperti gagal ginjal kronik. Terapi ditujukan terhadap penyebab utamanya. Sedangkan bila tidak ditemukan penyebab organik, maka mungkin penyebabnya adalah gangguan psikologik. Atau mungkin juga didapatkan kedua penyebab secara bersamaan.

  1. Obstruksi (sumbatan) di saluran mani (epididimis atau duktus deferens) yang umumnya dapat disebabkan oleh infeksi seperti tuberkulosis.
  2. Ejakulasi retrograd:
Mani tidak menyemprot ke luar uretra tetapi masuk ke dalam kandung kemih (buli-buli). Ejakulasi retrograd ini kadang disebabkan oleh obat, misalnya fenotiazin dan klorpromazin. Pembedahan pada leher buli-buli misalnya operasi prostat, sering menimbulkan keluhan ini.

  1. Parotitis (gondongan).
Virus penyebab parotitis juga mengakibatkan radang testis, yang disebut orchitis, yang dapat menyebabkan gangguan spermatogenesis.
  1. Varikokel (varicocele):
                                                                              Gambar: Varicocele

Merupakan pelebaran pembuluh vena (aliran balik) pada testis dan epididimis. Oleh karena aliran balik darah yang tak lancar, maka jumlah dan kualitas sperma atau mani berkurang. Apabila dilakukan tindakan operatif berupa ligasi tinggi (high ligation / Palomo), pada umumnya jumlah dan kualitas sperma menjadi lebih baik.

            Dari hal penjelasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terapi infertilitas pada laki-laki dapat disebabkan berbagai macam faktor. Konsultasi kepada dokter merupakan langkah awal untuk mengevaluasi infertilitas. Terapinya dapat berupa terapi psikologis, medikamentosa (obat-obatan), pembedahan, atau pun kombinasi.

No comments:

Post a Comment