BATU EMPEDU
Saluran empedu merupakan bagian dari
sistem pencernaan manusia yang berfungsi untuk memekatkan, menyimpan, dan
mengalirkan cairan empedu dari hati (liver) ke usus halus. Cairan empedu
diproduksi oleh sel-sel hati (hepatosit) sebanyak 500-1500 ml per hari. Saluran
empedu terdiri dari duktus biliaris, duktus hepatikus, kandung empedu, duktus
sistikus, dan duktus koledokus. Di luar waktu makan, cairan empedu disimpan
sementara didalam kandung empedu dan disini mengalami pemekatan sekitar 50%.
Oleh karena kandung empedu adalah
tempat penyimpanan dan pemekatan cairan empedu, maka pada organ ini sering
dijumpai batu kandung empedu (cholelithiasis).
Angka kejadian kolelitiasis adalah sekitar 20% pada orang dewasa. Dikenal 3
jenis batu yaitu batu kolesterol, batu pigmen (batu lumpur / kalsium bilirubinat),
dan campuran. Meskipun batu saluran empedu terbanyak ditemukan di dalam kandung
empedu, tetapi sepertiganya merupakan batu duktus koledokus. Batu di duktus
koledokus kebanyakan juga berasal dari batu kandung empedu.
Secara umum penyebab terjadinya batu
empedu adalah infeksi, sumbatan, dan penjenuhan kolesterol. Infeksi yang
terjadi dapat terjadi akibat kuman E.
coli dan infestasi cacing Clonorchis
sinensis, Fasciola hepatica dan Ascaris lumbricoides. Beberapa faktor
yang diduga juga bereperan yaitu faktor geografi, hemolisis, dan sirosis
hepatis.
Sebagian besar penderita batu
kandung empedu adalah asimtomatik (tidak mengeluhkan adanya gejala). Keluhan
yang ada mungkin berupa rasa tak nyaman (seperti: mual, kembung) di ulu hati
yang kadang disertai intoleransi terhadap makan berlemak. Batu empedu biasanya
diketahui secara kebetulan, sewaktu pemeriksaan ultrasonografi (USG) misalnya. Pada
penderita yang mengalami gejala, keluhan utama adalah nyeri di daerah ulu hati
atau di bagian perut di bawah lengkung iga kanan. Rasa nyeri dirasakan periodik
(hilang-timbul). Penyebaran nyeri dapat ke punggung bagian tengah, puncak bahu,
disertai mual dan muntah. Kira-kira seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri
menghilang setelah makan antasida (obat sakit maag). Hal ini menyebabkan penderita lalai terhadap penyakitnya
hingga suatu saat nyeri tersebut berulang dan semakin hebat.
Gambar: Anatomi Kandung Empedu (dengan batu didalamnya)
Batu
kandung empedu atau saluran empedu dapat menyebabkan infeksi ringan hingga berat.
Selain itu batu tersebut dapat menyumbat aliran cairan empedu sehingga tubuh
mengalami “keracunan” empedu (mata dan kulit menjadi kuning, air kencing berwarna
seperti air teh). Pada infeksi dan “keracunan” empedu yang berat dapatmenyebabkan
beberapa komplikasi yang pada akhirnya meningkatkan angka kematian.
Selain pemeriksaan darah, sebagai
penunjang dalam menegakkan diagnosis adalah dengan USG, Roegent (foto polos,
ERCP, PTC), CT-scan, atau MRI.
Gambar: USG Kandung Empedu dengan batu didalamnya
Terapi
kolelitiasis dapat secara non bedah atau pembedahan. Penanggulangan non bedah
yaitu lisis (peleburan) batu dengan obat-obatan, litotripsi (penghancuran batu)
dengan ESWL (gelombang kejut), dan endoskopik. Sedangkan pembedahan dapat
dilakukan secara konvensional ataupun laparoskopik.
Bedah laparoskopik (Laparoscopic surgery) adalah tindakan
bedah minimal invasive yang pada hampir semua negara maju dan bahkan negara
berkembang termasuk Ind onesia
(terutama di kota
besar) digunakan sebagai standar operasi batu empedu. Bedah laparoskopik juga
dikenal sebagai “patient’s friendly
operation” (prosedur pembedahan yang disukai oleh pasien) oleh karena
beberapa keunggulannya dibandingkan bedah konvensional, antara lain: rasa nyeri
yang minimal, masa rawat lebih singkat, dan secara kosmetik lebih baik karena
bekas sayatannya hampir tak terlihat (sayatan luka operasi hanya 5-10 mm).
Gambar: Beda sayatan operasi pengangkatan kandung empedu (cholecystectomy)
secara laparoskopik dengan konvensional
Di Jambi, bedah
laparoskopik untuk operasi pengangkatan batu kantung empedu (cholecystectomy), pengangkatan radang usus
buntu (appendectomy), dan
pengangkatan kista indung telur (cystectomy)
sudah dapat dilakukan di R.S. Dr. Bratanata Jambi sejak Desember 2008.
No comments:
Post a Comment